Baru Saja Alami Getaran, Bengkulu Mendapat Peringatan Adanya Gempa Megathrust
Gempa bumi terjadi di wilayah Bengkulu pada Sabtu (24/8/2024) pukul 23:54 WIB dengan kekuatan 5,2 magnitudo.
Guncangan ini tidak hanya dirasakan di wilayah Bengkulu. Besarnya getaran juga dirasakan sejumlah wilayah tetangga. Seperti Pagaralam, Muara Enim, Sungai Penuh, Lubuk Linggau, hingga Baturaja.
Menurut informasi dari situs BMKG, gempa yang terjadi tengah malam hari ini memiliki kedalaman 21 kilometer, di koordinat 4.43 LS - 102.18 BT, terletak 59 kilometer barat daya Kabupaten Seluma.
Diketahui, wilayah Provinsi Bengkulu termasuk dalam zona megathrust yang dikenal sebagai Zona Megathrust Mentawai-Siberut.
Zona ini terletak di sepanjang lempeng subduksi di Sumatera, di mana Lempeng Indo-Australia menyusup di bawah Lempeng Eurasia. Zona megathrust ini mencakup wilayah dari Kepulauan Mentawai hingga Bengkulu dan sekitarnya.
BMKG sendiri telah mengeluarkan peringatan mengenai kekhawatiran para ilmuwan Indonesia terhadap seismic gap di Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, yang berpotensi mengguncang wilayah sekitarnya dengan kekuatan hingga magnitudo 8,9.
Sejarah gempa di Sumatera menunjukkan bahwa zona megathrust di kawasan ini mengalami kekosongan gempa besar sejak tahun 1700-an.
Catatan sejarah pertama gempa di zona megathrust Mentawai terjadi pada tahun 1797, dengan kekuatan besar sekitar magnitudo 8,6-8,7, yang diikuti tsunami.
Selanjutnya, pada 4 Februari 1971, gempa berkekuatan magnitudo 6,3 terjadi dan menyebabkan sejumlah bangunan rusak.
Guncangan kembali dirasakan warga sekitar pada 8 Maret 1977 dengan kekuatan magnitudo 5,5, yang mengakibatkan 982 rumah dan sejumlah fasilitas umum rusak.
Pada 28 April 1979, terjadi lagi gempa berkekuatan magnitudo 5,8 yang menyebabkan 64 orang meninggal, sembilan orang hilang, dan 193 rumah rusak. Bertahun-tahun kemudian, pada 16 Februari 2004, gempa berkekuatan magnitudo 5,6 kembali mengguncang, menyebabkan lima orang meninggal, tujuh orang luka-luka, dan 100 rumah rusak.
Dua tahun setelahnya, pada 17 Desember 2006, gempa berkekuatan magnitudo 6,0 mengguncang dan menyebabkan tujuh orang meninggal, 100 orang luka-luka, dan 680 rumah rusak.
Pada 6 Maret 2007, guncangan gempa berkekuatan magnitudo 6,3 menyebabkan 67 orang meninggal dunia dan 826 luka-luka.
Di tahun yang sama, pada 13 September 2007, gempa berkekuatan magnitudo 7,1 menyebabkan 25 orang meninggal dunia, 161 orang luka-luka, dan lebih dari 56 ribu bangunan rusak.
Pada 16 Agustus 2008, gempa berkekuatan M 7,0 kembali mengguncang. Tepat setahun kemudian, gempa berkekuatan magnitudo 6,9 menggoyang Mentawai dan menyebabkan gelombang tsunami, dengan sembilan orang luka-luka akibat gempa tersebut.
Gempa yang lebih besar terjadi pada 30 September 2009 dengan kekuatan magnitudo 7,6, yang mengakibatkan setidaknya 1.100 orang meninggal dunia, 2.181 orang luka-luka, dan 2.650 bangunan rusak. Gempa besar ini juga menyebabkan tsunami.
Pada tahun 2010, 2014, dan 2017, kembali terjadi gempa dengan masing-masing magnitudo magnitudo 6,0, magnitudo 5,0, magnitudo 5,5, dan magnitudo 6,2.
Pada tahun 2017, terjadi dua kali gempa, yaitu magnitudo 5,5 pada 14 Juli dan magnitudo 6,2 pada 1 September.
Pada 2022, megathrust lempeng Mentawai-Siberut juga menyebabkan gempa berkekuatan magnitudo 5,8, yang kemudian diikuti oleh gempa susulan berkekuatan magnitudo 3,8.
Terakhir, zona megathrust ini mengalami gempa pada 2023. Tepatnya pada 25 April 2023 tercatat gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,3 mengguncang Mentawai.
Meskipun zona megathrust ini cukup mengkhawatirkan, masyarakat Indonesia diharapkan tetap tenang karena pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi dan sistem Indonesia Tsunami Early Warning System atau InaTEWS yang berguna untuk memantau aktivitas gempa bumi dan potensi tsunami.